MALANG, MediaMahasiswa.com – Konsep ‘pasar buku keliling’ telah menjadi komitmen patjarmerah untuk akses literasi yang merata di Indonesia. Baik untuk akses buku yang baik maupun sebaran ilmu pengetahuan kepada siapa pun. Untuk bisa merata, patjarmerah berusaha untuk bisa menjangkau berbagai kalangan dengan semangat menjadi festival literasi yang inklusif.
Semangat itu lah yang mendasari adanya kolaborasi dengan komunitas Akar Tuli dan Tuli Mendongeng dalam lokakarya belajar bahasa isyarat dasar. “Kalau kita mendapatkan bahasa Inggris dasar untuk bisa berkomunikasi, seharusnya kita juga perlu mendapatkan bahasa isyarat dasar,” terang Windy Ariestanty, salah satu penggagas patjarmerah saat ditanya alasan dari adanya lokakarya tersebut.
Pengunjung begitu antusias dalam belajar bahasa isyarat dasar hari itu, sepulang dari patjarmerah setidaknya mereka telah mengantongi ilmu mengenalkan diri ketika bertemu dengan teman tuli. Hal ini tentu bagian dari literasi kesetaraan, pengunjung patjarmerah diajak kembali mengetahui bahwa tidak ada bedanya yang perlu dipermasalahkan antara teman tuli dan teman dengar.
Suasana semakin hidup saat Randy Anthony dari Republik Media Kreatif, Lia Indra Andriana dari penerbit buku elektronik Koru serta Irwan Bajang dari Indie Book Corner yang membincangkan bagaimana peluang berliterasi melalui digital. Ajakan untuk optimis pada digital begitu terasa. Apabila hari ini kita masih mempermasalahkan ketidaknyamanan membaca e-book, kedua pembicara memberikan fakta riil di lapangan bagaimana perkembangan literasi digital hari ini dan masa depan. Serta tak ketinggalan menghidupkan kembali Bioskop Kelud dengan dua film pendek dari Mahesa Desaga yang berjudul “Nunggu Teka” dan “Juprit”.
Memasuki hari keenam, patjarmerah tak pernah kehilangan semangat untuk terus membagikan semangat berliterasi. Sebab masih begitu banyak penulis, content creator, perawat bahasa yang akan hadir sampai hari kesembilan. Seperti hari ini, akan ada dua program khusus untuk para calon penulis yang ingin serius berkarya. Yakni, pelatihan penulisan kreatif dari Gerakan Permasyarakatan Minat Baca (GPMB) dan perbincangan “Buku Catatan untuk Calon Penulis” dari Puthut Ea yang telah menulis lebih dari 25 karya tulis.
Festival patjarmerah berlangsung sejak 27 Juli hingga 4 Agustus 2019, selain menghadirkan lebih dari 8.000 judul buku berdiskon hingga 80%, juga bisa mengikuti beragam program literasi yang menghadirkan para pembicara andal di bidangnya. (*/ade/MM)