Gak apa kok kalau kalian memutuskan untuk jadi penulis artikel murah, tapi please jangan jadi murahan.
Rasanya sudah lama sekali saya tidak meluangkan waktu untuk menulis artikel. Dulu saya sering mengerjakan artikel dengan biaya 25ribu per 2000 kata. Pemasangan tarif panjang berdasarkan panjang konten yang dibuat adalah bukan hal yang baru di dunia penulisan digital. Skemanya sederhana, semakin panjang semakin mahal. Tapi tentu saja ada faktor-faktor lain yang bisa menaikkan harga.
Masa-Masa Jadi Penulis Artikel Murah
Kembali ke kisah tulisan, mungkin 2000 kata bisa jadi 11 halaman pada skripsi. Namun sayang, sekarang saya bukan mahasiswa lagi, jadi nggak ngerasa kalo 11 halaman itu berharga banget.
Sekarang sebaliknya. Meski sama-sama berat, nulis artikel 2000 kata tak seberharga waktu itu. Rasanya nggak imbang aja sih, antara usaha yang dikeluarkan untuk menulis sepanjang itu, ‘harganya’ dianggap sama dengan semangkok Bakso Cak Kar Singosari.
Beda ya, dulu dengan sekarang. Dulu seneng banget meski cuma dapat 1 lembar tulisan buat skripsi. Itu pencapaian. Saking susahnya skripsi, dan pengen banget lulus.
No disrespect terhadap pekerjaan lain yang tak sebaik penulis.
Praktik seperti ini nggak sekali dua kali saja. Sering banget saat buka situs freelance, ada yang pasang iklan dengan harga yang lebih sadis. Bahkan mungkin bukan cuma penulis artikel digital saja, bisa jadi wartawan atau profesi penulis lain.
Maksud saya, dari sekian panjang proses penulisan -mulai dari riset materi, penyusunan diksi hingga cek plagiasi, reward yang diberikan seharusnya bisa lebih dari itu.
Menulis bukan cuma taruh jari jemari lentik di atas keyboard, terus artikel bisa terketik sendiri. Proses menulis membutuhkan intelegensi, intuisi, bahkan empati. It will not be an easy thing.
Tulisan yang bagus, adalah tulisan yang mampu menggugah rasa pembaca dan mempertahankan mata mereka untuk terus menelusuri kata per kata. (Mas Ilham — Editor Sportainment Jawa Pos di pelatihan IYJF)
Maka tak heran kalau sebenarnya menulis adalah sesuatu yang ‘mahal’, karena itu adalah hasil pemikiran seseorang. Menulis melibatkan begitu banyak proses. Makanya, bisa saya bilang bahwa tulisan itu tak beda jauh dengan karya seni lain.
Ada Harga Ada Kualitas
Maka tak heran kalau makin ke sini, kualitas tulisan yang beredar di internet semakin nggak jelas. Sejalan dengan anggapan orang kalau profesi penulis artikel murah adalah hal yang wajar. Ya gimana nggak, karena kepepet harga murah, penulis harus putar otak untuk cari klien tulisan sebanyak mungkin. Plus deadline yang mepet-mepet.
Banyak langkah menulis yang jadi penentu kualitas sebuah tulisan akhirnya dilompati. Riset, pendalaman topik, penentuan narasumber (jika ada), sampai proses membangun empati. Malah tak jarang saya menemukan banyak penulis yang ‘hanya’ memparafrase tulisan orang lain. Yaa tinggal cari di internet, ambil poinnya, ganti dengan kalimat sendiri. Masih untung kalau parafrase, banyak yang sekedar copy paste. Padahal model-model tulisan seperti ini kurang disukai oleh bot Google.
Sampai kapan akan terus seperti ini? Entahlah.
Selama masih banyak orang berpikir kalau menulis adalah cara paling mudah untuk dapat duit, ya hal seperti ini akan sulit untuk dilawan.
Sebenarnya gak apa kok kalau mau jadi penulis artikel dengan bayaran rendah, terutama kalau kamu butuh uang dan sedang mencari pengalaman. Tapi, setidaknya buatlah konten dengan baik. Terus berkutat pada hal yang ‘biasa saja’ nggak akan bikin kalian berkembang. (Muhammad Natsir/MM)