LEBANON, Mediamahasiswa.com – Sejak terjadinya ledakan hebat yang menghancurkan separuh ibukota Lebanon, Beirut pada Selasa (4/8/2020) pukul 18.00 waktu setempat, mahasiswa Indonesia diminta tetap waspada dan tidak keluar kota.
Hal tersebut diungkapkan salah satu mahasiswa Beirut Islamic University asal Indonesia, Abdul Fathir Kautsar kepada Jurnalis Mediamahasiswa.com melalui telepon, Kamis (6/8/2020). Menurut keterangan Fathir, dari 65 mahasiswa Indonesia di Lebanon, semuanya dalam keadaan baik dan sehat.
“Alhamdulillah, kalau mahasiswa semua baik dan sehat. Aman, meskipun kemarin ada yang jaraknya cukup dekat dengan lokasi terjadinya ledakan,” ujar Fathir.
Saat ini, ujar Dewan Konsultan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Lebanon tersebut, sebagian besar Beirut hancur. Ditanya soal kesediaan bahan makanan, ia mengaku masih memiliki stok bahan makanan. “Soal makan, setidaknya kalau dua hari, masih aman. Kalau lebih dari itu bisa jadi akan kesulitan,” ungkap mahasiswa Beirut Islamic University ini.
Pasalnya, Pelabuhan Beirut yang menjadi pintu masuk ekspor-impor dan jalur perdagangan turut terdampak hebat. Termasuk bahan makanan yang masuk lewat pelabuhan itu.
Menyikapi keadaan tersebut, mengutip BBC Indonesia, Duta Besar Indonesia untuk Lebanon Hajriyanto Y. Thohari mengatakan pihaknya mengantisipasi kesulitan pasokan makanan dalam beberapa hari mendatang setelah ledakan dahsyat itu.
Belum ada kebijakan khusus dari pemerintah maupun Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Lebanon untuk mahasiswa Indonesia di Lebanon. Termasuk, imbauan untuk pulang ke negara asal. “Belum ada imbauan, pemerintah masih fokus evakuasi,” sebut Fathir.
Namun, pemerintah mengimbau seluruh penduduk untuk memperhatikan kesehatan dengan patuh menggunakan masker. Pasalnya, ledakan ribuan ton amonium nitrat tersebut dinilai mengandung bahan kimia yang cukup berbahaya untuk kesehatan. “Kalau tercium itu, nggak bagus lah kalau terhirup hidung, jadi soal kesehatan kami memang diminta selalu menggunakan masker,” imbuh Fathir yang juga Wakil Ketua Tanfidziyah Pimpinan Cabang Istimewa NU Lebanon.
Saat ledakan terjadi, Fathir bersama satu mahasiswa lain tengah berada di asrama mahasiswa yang hanya berjarak sekitar enam kilometer dari lokasi ledakan. Fathir mengisahkan, awalnya terasa gempa diikuti ledakan kecil. Namun, gempa menjadi lebih kencang dan ledakan kedua sangat besar.
“Seperti bom. Kami semua berlarian. Saya tanya warga, ini ada apa, karena dari jendela asrama tampak asap yang betul-betul tinggi. Katanya ini ledakan yang berasal dari gudang di pelabuhan Beirut,” tutur mahasiswa Syariah Islamiyyah tersebut.
Korban, imbuhnya, rata-rata mengalami luka akibat pecahan kaca yang berhamburan efek ledakan dahsyat. Namun, bangunan asrama mahasiswa yang disinggahinya saat itu tak sampai pecah. “Hanya retak-retak, dan alhamdulillah selamat,” katanya. (ich)