Oleh: Abdul Jalil Mursyid, Humas Tazkia IIBS Malang
PERUSAHAAN maupun lembaga apapun memerlukan humas sebaga garda terdepan untuk mengontrol isu tentang lembaga tersebut atau bahkan satu organisasi. Bagaimana pembicaraan orang lain tentang suatu organisasi. Bagaimana pendapat orang di luar sana tentang organisasi yang sedang kita jalankan. Entah organisasi itu dalam bentuk perusahaan atau lembaga.
Pengontrolan tersebut tidak hanya dilakukan melalui mendengar ocehan netizen dari sosial media. Perlu adanya peran yang berkecimpung dalam membentuk opini masyarakat tentang sebuah organisasi. Banyak cara, seperti pemberitaan di media massa yang dikontrol. Pembuatan realease oleh suatu organisasi yang kemudian dikirimkan ke berbagai media massa.
Peran tersebut perlu suatu kemampuan yang biasa disebut jurnalistik kehumasan. Jurnalistik kehumasan terdiri dari dua kata yang memiliki definisi yang berbeda. Yaitu jurnalistik dan kehumasan.
Pada dasarnya jurnalistik kehumasan memiliki perbedaan yang sangat tipis dengan jurnalistik pada umumnya. Hanya ada beberapa penekanan khusus dalam penulisan produk jurnalistik kehumasan. Jurnalistik sendiri merupakan suatu proses pembuatan berita. Mulai dari pencarian berita hingga penerbitan berita itu sendiri. Jika dalam lingkup jurnalistik kehumasan tahap ini bertambah sampai pengiriman realease yang dikirimkan ke media massa.
Sedangkan Hubungan Masyarakat (humas) merupakan usaha untuk membangun dan mempertahankan reputasi dan citra dengan membangun komunikasi yang baik dengan organisasi lain bahkan dengan media massa. Biasanya banyak orang menyebut humas dengan Public Relation (PR). Nah, dari sekian banyak tugas pokok dan fungsi humas, salah satunya adalah menjalin hubungan yang baik dengan media massa. Dengan siapa di media massa itu? Dengan wartawan atau dengan pejabat media massa yang bersangkutan. Misal kayak pimpinan redaksi, editor, marketing dan semacamnya.
Mengapa hubungan baik itu diperlukan? Karena salah satu tools dalam membangun sebuah image lembaga dengan memiliki hubungan yang baik tersebut. Peran humas saat ini tidak hanya sekadar menjalin hubungan baik dengan wartawan. Humas modern lebih dari itu. Ia dituntut cakap menjadi “wartawan” bagi institusinya. Tujuannya tak lain untuk membangun reputasi institusinya. Nah jadi, untuk menjalankan fungsi itu, penting bagi seorang humas membekali diri keterampilan menulis layaknya jurnalis. Yakni mampu menyajikan informasi yang aktual, penting, menarik, dan berdampak. Sebenarnya hal yang ingin dicapai oleh seorang humas adalah kepercayaan publik.
Ilmu jurnalistik menjadi pedang tajam bagi seorang humas. Sebab jurnalistik mengajarkan nilai berita, elemen berita, etika pemberitaan, dan bahasa jurnalistik yang efektif. Kejelian memilih sudut pandang (angle) informasi juga menjadi elemen penting dalam jurnalistik. Sehingga seorang humas mampu menghasilkan produk informasi artikel berita, advertorial, maupun siaran pers– yang menarik, enak dibaca, mudah dipahami, dan “berdampak”. Kata kuncinya adalah menarik, enak dibaca, dan berdampak.
Untuk menulis sebuah berita yang membangun, sebaiknya sebisa mungkin melihat peluang, melihat gejala maupun mengkontektualkan sesuatu.
Misal, dalam sebuah lembaga pendidikan. Muridnya ada yang berhasil menjuarai sebuah perlombaan internasional maupun nasional. Mungkin yang diangkat pertama kali pasti tentang juaranya. Kemudian apa berhenti sampai disitu?. Bisa juga diangkat tentang bagaimana proses belajar si murid ini sampai bisa dapat juara. Hal itu bisa mengangkat dari sisi human interestnya. Bisa juga digali dari sudut pandang pengalaman selama di luar negeri (kalau lombanya di luar negeri). Dan masih banyak lagi.
Banyak sekali jenis tulisan yang dihasilkan oleh humas. Press release, statement (biasanya dilakukan saat klarifikasi sesuatu), advertorial, speech, media invitation, marketing communication, complaint letter, dan banyak lagi.
Beberapa tips menulis:
- Banyak membaca untuk memperluas wawasan dan menambah wacana berpikir (background information). Sangat diperlukan. Ibaratnya kita harus tahu banget produk yang mau disampaikan.
- Latar belakang yang luas, sehingga tulisan tidak kering dan klise. Institution background ini sangat diperlukan. Harus paham mendetail tentang lembaga yang sedang digarap. Karena ini mempengaruhi kualitas tulisannya. Selain itu, dapat juga memberikan inside nantinya untuk membuat tulisan dengan tema yang baru.
- Memiliki kepekaan dalam berbahasa (tulisan, kalimat, paragraf, arti kalimat, arti kata, bunyi kiasan) dan kepekaan materi dan bentuk tulisan (jangan berbungabunga, tapi isinya tidak ada). Jangan terlalu hiperbola juga. Yang biasa-biasa saja. Jangan terlalu lebay bahwa lembaganya sangat bagus sangat wah bla bla bla. Nanti orang akan tahu dengan sendiri melalui tulisan yang kita buat.
- Peka berarti tahu apa yang pantas ditulis. Kalo mengetahui Institution background dengan baik, maka akan banyak tulisan yang terbit di website lembaganya dengan topik yang bermacam-macam. Selain itu, bisa juga tulisannya dikirimkan ke media massa yang udh deket gitu.
- Banyak latihan. Menulis itu jadi mudah kalau sering dipraktekkan.
Pada hakikatnya banyak yang dilakukan seorang humas. Seperti event planning, media relations, internal communication, crisis communication, reputation management, media digital dan sebagainya. Sebagian besar tugas pokok dibarengi dengan kemampuan menulis yang baik.
Seorang PR menulis pemberitaan itu berdasarkan fakta dan realitas yang ada. Bukan rekaan. Jadi jika lembaga yang sedang dikerjakan itu kurang bagus, maka harus mencari sisi mana yang bagus dan bisa di blow up. Bukan mengarang hal yang tidak ada menjadi ada.