MALANG, Mediamahasiswa.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Muhadjir Effendy berencana akan memecah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di sekolah. Hal ini disampaikan Muhadjir saat menghadiri penutupan Simposium Nasional Penanaman Nilai Pancasila di Hotel Ijen Suites Malang, Sabtu (14/9).
Judul mata pelajaran (mapel) PPKn saat ini terdapat dalam peraturan pemerintah. Mapel ini menyatukan antara materi Pancasila dengan kewarganegaraan. Setelah dievaluasi, kata Muhadjir, bobot mata pelajaran PPKn lebih menitikberatkan pada pengetahuan ketimbang nilai.
“Padahal, maksud dari pelajaran atau tema Pancasila bukan itu (pengetahuan), tapi penanaman nilai,” ujar Muhadjir.
Saat ini Kemendikbud RI sedang melakukan kajian lebih dalam terkait kemungkinan memisahkan pelajaran Pancasila dengan kewarganegaraan. Sehingga, nantinya penanaman Pancasila kaitannya adalah dengan penanaman nilai Pancasila yang dilaksanakan mulai jenjang pendidikan anak usia dini sampai dengan perguruan tinggi.
“Sedangkan domain dari kementerian pendidikan dan kebudayaan ialah sampai dengan jenjang menengah,” katanya.
Sementara itu, Muhadjir menyebut tantangan besar penanaman nilai Pancasila di era ini adalah konten yang ada di dalam alat komunikasi. Hal ini karena konten-konten tersebut bersumber dari ruang yang tak terbatas yaitu dunia maya yang disebut Muhadjir sebagai cloud computing.
“Maka peluang untuk mendapatkan informasi yang mendukung implementasi nilai Pancasila juga banyak, tetapi yang jadi faktor perintang bahkan yang bertentangan dengan nilai Pancasila juga semakin banyak,” tegasnya.
Muhadjir menegaskan tugas guru sekarang tak sekadar menanamkan nilai, tapi juga memberikan imunitas atau daya tahan pada siswa. Tujuannya, agar mereka memiliki kemampuan menyeleksi dan memilih konten yang cocok dengan nilai Pancasila.
Sehingga, di luar tugas sebagai pendidik, guru juga bertindak sebagai gatekeeper atau penjaga. Untuk menyaring mana yang harus dipakai dan mana yang harus dijauhi.
“Intinya, di era digital ini guru dituntut terampil menggunakan teknologi informasi sebagai media pembelajaran, tetapi harus pandai betul memilih dan memilah konten-konten dari dunia maya,” pungkas mantan Rektor UMM ini. (ich)