MediaMahasiwa.com – Fenomena panic buying di beberapa negara di dunia yang sempat terjadi beberapa bulan lalu merupakan salah satu dampak dari covid-19. Dosen senior Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Arief Budiman yang pernah melakukan penelitian di industri jasa di salah satu perusahaan Indonesia, menyadari hal ini merupakan dampak dari banyaknya informasi atau berita yang kita terima memberikan efek negatif.
Hal itu disampaikannya dalam International Webinar Collaboration yang diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya bersama Universitas Lambung Mangkurat dan University of Newcastle Australia, Kamis (18/06/2020), dengan tema How’s Our Live Facing New Normal from Multi Perspective.
Salah satu dampak negatif yang diterima seperti kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Sehingga, sambung Arief, dari efek emosional negatif ini sebagai individu yang tidak dapat mengendalikannya akan melakukan panic buying tersebut.
Panic buying memiliki 4 dampak, yaitu mengacaukan harga pasaran, memperburuk sektor ekonomi dan sosial, panic buying ini sama halnya kita menindas masyarakat lain yang memiliki pendapatan lebih rendah, dan menjadikan tenaga pekerja kesehatan yang berada di garis depan sebagai peralatan perlindungan pribadi.
Peniliti yang masih aktif meneliti dibidang Consumer Decision Making Style juga menyadari bahwa ada beberapa perilaku dan sikap yang berubah. Arief merumuskan 4 poin efektif yang berfokus pada bagaimana suatu brand mampu memahami, mengkomunikasikan, dan memberikan manfaat yang total kepada konsumen (costumer value).
Yaitu pikirkan tentang solusi, bukan hanya produk; Pikirkan tentang akses, bukan hanya tempat; Pikirkan tentang nilai, bukan hanya harga; Pikirkan tentang edukasi, bukan hanya promosi.
“Jadi sekarang, orang gak hanya mikirin merek, bukan lagi soal 4P yaitu Product, Place, Price and Promotion tapi harus lebih dari semua itu. Harus ada trust antara konsumen dan produk,” tandasnya dalam rilis resmi yang diterima redaksi MediaMahasiwa.com. (can)