PALU, MediaMahasiswa.com – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengadakan pelatihan penguatan kapasitas untuk pemberdayaan masyarakat pasca bencana Palu, Sigi, dan Donggala (Pasigala) di Universitas Muhammadiyah Palu. Kegiatan yang diikuti relawan dan masyarakat yang telah mengikuti proses seleksi tersebut berlangsung selama empat hari sejak Selasa hingga Jumat (23-27/7).
Meski telah berlalu 10 bulan sejak terjadi bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di Pasigala, MDMC hingga saat ini masih tetap melakukan pendampingan terhadap masyarakat. MDMC Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bekerja sama dengan HEKS/EPER, sebuah organisasi non-pemeintah yang bergerak untuk keluarga korban gempa bumi, tsunami dan likuifaksi, dan Solidar Suisse, organisasi sosial yang memperjuangkan pekerjaan yang layak dan keadilan sosia di seluruh dunia. MDMC bekerja sama dengan dua organisasi yang berbasis di Swiss ini untuk mengimplementasikan program Hunian Transisi dan Pendampingan Livelihood untuk warga terdampak gempa dan tsunami di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Selatan.
Baca juga: MI Muhammadiyah Gawang Jadi Tujuan Ekspedisi Tsunami
Program tersebut memerlukan pelatihan pra penugasan bagi para pelaksana program yang bertujuan memberi bekal bagi peserta dalam menyamakan persepsi antar anggota tim tentang program yang diusung. Lebih dari itu, juga untuk memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar kerja kemanusiaan, ke-Muhammadiyah-an dan MDMC serta materi lain yang diperlukan untuk menjalankan program hunian transisi dan livelihood.
National Program Coordinator (NPC), Siti Markhamah, M.Han mengatakan, terbangunnya hunian dan terbantunya penghidupan warga terdampak bencana merupakan sebagian hasil dari tujuan besar MDMC yang tidak boleh diabaikan dalam implementasi program tersebut.
“Tujuannya membangun ketangguhan di masyarakat. Masyarakat punya daya lenting yang baik, maka kehidupannya harus jauh lebih baik daripada sebelum terjadi bencana. Maka teman – teman implementor itu nantinya yang akan bertemu langsung dengan masyarakat dan memastikan tujuan itu tercapai,” ujarnya setelah kegiatan berlangsung.
Baca juga: Layakkah 19 Desa di Malang sebagai Desa Tangguh Bencana?
Pada fase pertama yang berlangsung sejak Maret hingga Juni 2019, implementasi program tersebut didukung SDM dari luar Sulawesi Tengah. Namun, pada fase kedua, secara keseluruhan program akan dikelola oleh SDM Sulawesi Tengah terhitung sejak Juli 2019 hingga April 2020 sebagai bentuk komitmen MDMC untuk capacity building. Nantinya, mereka akan menjadi pionir di Sulawesi Tengah dalam upaya penanggulangan bencana.
Pelatihan pra penugasan ini diharapkan mampu meningkatkan capacity building bagi relawan lokal. “Harapannya semua tim yang terlibat paham tentang konsep penanggulangan bencana, paham etika bekerja di masyarakat dan bekerja di Muhammadiyah,” imbuh ketua NPC tersebut. (*/isna/can)