MALANG, Mediamahasiswa.com – Cendekiawan Muhammadiyah Pradana Boy ZTF mengatakan politik kita cair tapi masyarakat kita beku. Menurutnya, saat ini terjadi fenomena Muslim kagetan yang secara dadakan semangat ber-Islam, tapi gampang nyalah-nyalahin yang beda dengannya. Pradana mengajak semua kalangan agar tidak memahami Islam secara instan, melainkan melalui proses yang panjang dan mendalam.
“Jangan tiba-tiba punya semangat Islam yang tinggi, lalu yang lain dianggap asing, yang beda dianggap salah,” ujar Pradana dalam diskusi ‘Catatan Akhir Tahun: Hasrat Kuasa Muslim Kagetan’, di Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute A. Malik Fadjar, Rabu (23/12).
Bagi Pradana, jangan terlalu serius memahami politik. Ia menganalogikan politik dengan sepak bola.
“Sama halnya dengan permainan sepak bola. Ketika dalam pertandingan harus bermain dengan serius, tapi jangan pernah menganggap permainan itu serius. Karena, meskipun ada peraturan, sekali-sekali pemain akan melanggar peraturan itu. Begitu pula seharusnya kita memahami politik,” kata Asisten Rektor UMM ini.
Pradana juga turut mengomentari masuknya Capres-Cawapres 02 di Kabinet Jokowi. Sebelumnya Prabawo Subianto, dan yang terkini Sandiaga Uno. Baginya, sekarang ini pelaku politik 01 dan 02 sudah tidak ada. “Tapi pengikutnya masih ada, bahkan tetap ramai,” paparnya.
Inilah yang disebut Pradana politik kita cair tapi masyarakat kita beku, “Jadi politik kita sebenarnya sudah cair, tapi masyarakatnya masih beku. Artinya, pelaku politik atau politisi itu kini sudah mencair bergabung dengan pemerintah, misalnya, tapi ekses yang ditimbulkan di masyarakat arus bawah masih sangat terasa,” jelasnya.
Karena itu, bagi Pradana, penting untuk menempatkan agama dan politik pada proporsinya masing-masing. Pradana mengutip pandangan ketua umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir yang menganggap politik sebagai muamalah dan hanya bersifat duniawi. “Sehingga jangan terlalu menyangkutpautkan persoalan politik dengan agama,” lanjutnya.
Kegiatan ‘Catatan Akhir Tahun’ ini diadakan atas kolaborasi RBC Institute A. Malik Fadjar, Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Malang Raya dan Yayasan Padhang Makhsyar. Diskusi dilaksanakan secara luring dan daring. Diskusi luring diikuti sekitar 50 orang dengan menerapkan protokol kesehatan. Sementara lebih dari 300 orang menyaksikan via kanal Youtube RBC Institute dan Instagram padhangmakhsyar. (*/ich)