Oleh Steven Mark Levy*
Proyek pembangunan Taman Nasional Komodo yang telah menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini, memiliki dilema tersendiri yang belum banyak diperbincangkan. Maraknya pemberitaan negatif tentang bagaimana proyek pembangunan ini memunculkan stigma bahwa tidak ada hal positif yang dapat diperoleh, tidak sepenuhnya benar. Oleh karena itu, perlu ada pembahasan mendalam tentang hal positif dan dampak yang dapat terjadi dengan adanya pembangunan ini.
Taman Nasional Komodo adalah daerah konservasi alam yang berfokus untuk melestarikan salah satu binatang langka asal Indonesia, komodo, yang merupakan kadal terbesar di dunia. Diresmikan pada tahun 1980, Taman Nasional Komodo telah dijadikan pusat konservasi alam komodo hingga saat ini. Terletak di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, taman konservasi ini terbagi dalam 4 daerah, yaitu; Pulau Komodo, Pulau Rinca, Gili Montang, dan Flores. Setelah lebih dari 40 tahun taman konservasi ini berjalan, muncul niatan pemerintah untuk menyulap tempat ini menjadi kawasan wisata alam premium yang kemudian menuai banyak kontroversi.
Proyek ini disebut-sebut sebagai proyek pembangunan geopark dan penataan Kawasan Strategis Wisata Nasional (KSPN). Proyek ini berniat untuk mengubah Taman Nasional Komodo, khususnya Pulau Rinca menjadi kawasan wisata nasional kelas atas bernuansa Jurassic Park yang terkenal di kalangan pecinta film layer lebar.
Pemerintah menklaim bahwa pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan exposure, sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat yang ada di kawasan tersebut. Namun semua berubah ketika viralnya foto komodo yang menghalangi truk besar mencuat ke media sosial dan media massa.
Situasi komodo yang harus merasakan kehadiran kendaraan bermotor, alat berat, dan polusi udara berlebih akibat mesin bermotor dikecam berbagai pihak. Pemerintah sendiri menklaim bahwa kegiatan pembangunan proyek ini diawasi ketat dan pemerintah juga memastikan bahwa pembangunan proyek ini tidak akan mengganggu habitat dan kehidupan komodo. Namun pada faktanya, komodo yang viral saat menghadang truk itu harus merasakan dampak dari pembangunan ini.
Pilihan Dilematis
Pembangunan infrastruktur dan kualitas wisata Taman Nasional komodo memiliki beberapa poin positif. Seperti yang dikatakan pemerintah, pembangunan ini berfokus untuk membangun kawasan wisata premium bertema komodo. Jika kawasan ini benar-benar dapat menjadi kawasan wisata premium tanpa mengganggu dan merugikan komodo tersebut, maka dapat dipastikan bahwa daerah-daerah di Labuan Bajo akan mengalami peningkatan besar di bidang pembangunan fasilitas dan infrastrktur, begitu juga dengan peningkatan pengunjung. Mengapa? Karena wisata di Labuan Bajo sangat beragam, mulai dari pulau terkenal seperti Pulau Padar, wisata menyelam Shark Point dan Manta Point, wisata snorkeling, Goa Rangko, memancing, dan masih banyak lagi.
Akibatnya, ketika Taman Nasional Komodo terkenal dan dikunjungi banyak orang, tempat wisata lainnya juga akan mendapatkan exposure yang lebih dibandingkan sebelumnya yang akan berdampak pada kualitas infrastruktur yang meningkat dan akan berbanding lurus dengan jumlah rata-rata pengunjung tiap tahun. Hal ini terlihat seperti hal yang baik. Ya, hal ini adalah hal yang baik untuk mendongkrak perekonomian negara. Namun jika dipikirkan secara kritis, banyak hal negatif yang datang dibaliknya dan dapat menjadi bumerang untuk kawasan wisata ini.
Seperti hal nya daerah wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan, keindahan tempat wisata sulit dipertahankan jika tempat wisata ini ramai dikunjungi secara intensif. Hal ini ditakutkan akan berdampak besar dan menyulitkan upaya pelestarian daerah wisata dan konservasi sekitar Labuan Bajo. Hal inilah yang persis terjadi dahulu di Bali. Tidak dapat dipungkiri bahwa Pulau Bali adalah tempat wisata yang indah, namun keindahannya menurun ketika tempat ini mulai dikunjungi oleh banyak orang secara intensif. Banyak lokasi-lokasi yang semulanya indah, kini kotor dan kurang terawat.
Sulitnya melestarikan tempat yang ramai dikunjungi dapat menjadi bumerang bagi Indonesia dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini sangat krusial untuk ditelaah dan dianalisa, karena dampak yang mungkin terjadi akan sangat sulit untuk diperbaiki. Ketika daerah wisata premium ini terkenal, maka daerah Labuan Bajo juga akan lebih dikenal di mata dunia. Artinya, wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di sekitar Labuan Bajo juga akan meningkat pesat.
Peningkatan pengunjung yang masif ini akan menimbulkan kesulitan dalam upaya pelestarian lokasi baik secara buatan ataupun alami. Hal ini dikarenakan pengunjung yang terus berdatangan akan mengurangi waktu lokasi tersebut untuk pulih dari paparan pengunjung. Dengan berkurangnya waktu pemulihan tiap lokasi, artinya unsur alami lokasi-lokasi ini akan tergradasi satu saat nanti. Pada akhirnya, potensi untuk kehilangan segala aspek nilai jual dan nilai intrinsiknya ketika semuanya sudah terlambat akan sulit untuk dihindari. Jika proyek ini berhasil di eksekusi, apakah Taman Nasional Komodo akan bernasib seperti Jurassic Park?
Konklusi dan Solusi
Proyek pembangunan Taman Nasional Komodo sebagai kawasan wisata premium bertema ‘Jurassic Park’ memiliki banyak kelebihan dan kekurangan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai-nilai positif ini bertitik berat dalam sisi ekonomi daerah Labuan Bajo. Namun hal ini dapat menjadi masalah ketika tidak ada penjagaan dan pengelolaan yang ketat dan tepat. Jika melihat dari apa yang beredar, viralnya foto komodo yang menghalangi truk besar dalam masa pembangunan ini, dapat menunjukkan kondisi aktual yang terjadi di lokasi tersebut.
Klaim pemerintah yang menyatakan keamanan dan kenyamanan komodo adalah hal yang utama, terbantah dengan munculnya foto yang viral ini. Hal ini dapat menimbulkan asumsi, bahwa penjagaan dan pengamanan di lokasi pembangunan tersebut kurang baik. Selanjutnya, asumsi ini akan semakin kuat jika bukti-bukti lain yang mendukung bermunculan kembali. Kemudian, dari sana dapat dipastikan bahwa proses penjagaan, pengamanan, dan pengawasan dalam proyek pembangunan Taman Nasional Komodo memang benar kurang baik. Tentunya, Taman Nasional Komodo akan senasib dengan taman ‘Jurassic Park’ jika hal ini terus berlanjut. Akhir kata, pembangunan Taman Nasional Komodo sebaiknya dihentikan jika tidak ada perubahan protokol aktual dalam pembangunan kawasan wisata premium ini. (*/can)
*Penulis merupakan mahasiswa Sampoerna University