TANGGAL 4 Juli punya beberapa makna. Bisa berarti kemerdekaan Amerika Serikat, sejak 1776. Atau bisa jadi hari berdirinya harian yang diinisiasi Dahlan Iskan, 4 Juli 2020 lalu.
Bagi saya pribadi, 4 Juli merupakan hari di mana saya mulai meninggalkan Malang. Tepatnya 4 Juli 2016. Dua bulan pasca wisuda sarjana Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kampus putih nan megah itu. Pun itu adalah hari terakhir saya bekerja sebagai part timer di Humas UMM.
Hingga saat itu, saya baru sekali “pulang” memanfaatkan momen dinas saat ke Surabaya. Itu sekitar 2017. Setelahnya, saya belum kembali ke Malang. Terlebih saat pandemi corona ini. Rencana mengajak keluarga kecil berlebaran ke Kota Bunga ini pupus sudah.
Namun pada 4 Juli 2020 lalu, rasa kangen saya terhadap Malang ini sedikit terobati. Saat para co-founder dan anggota Media Mahasiswa (MM) mengadakan reuni virtual. Agendanya memang silaturahmi, tapi ada maksud lain dari reuni ini.
Sejak 2017, kehidupan MM memang sedikit dinamis. Kadang naik, kadang turun. Namun di tahun-tahun terakhir, perlahan mulai redup. Ketiadaan sumber daya manusia (SDM) jadi hambatan. Apalagi, pengurusnya sudah bukan mahasiswa lagi. Rerata sudah bekerja dan kehidupan masing-masing.
MM “tak sengaja” terlupakan. Ini diamini tak hanya satu, namun beberapa anggota lain. Sampai 20 Juni 2020 lalu, dosen kami, pak Nurudin menelpon kami satu persatu. Semua anggota MM yang ada di kontak ponsel beliau sepertinya dihubungi. Dikontaknya pun saat subuh. Kalau beliau telpon saya pukul 06.00 Wita, berarti di Malang pukul 05.00 WIB.
Pembicaraan itu cukup panjang, berlangsung sekira 15 menit. Yang intinya: MM mau diapain?
Saya pun tiba-tiba terlintas pikiran: bagaimana kalau konsep ulang MM?
Konsep itu tentu saja tak bisa saya uraikan di sini. Tak dinyana, pak Nuruddin pun mengamini. Pun siap membantu “mempromosikan” MM yang baru ini. Sembari meminta kontak beberapa anggota MM lainnya, beliau pun pamit. Mungkin sambil bergerilya “meneror” kami, he he.
Saya pun turut menjapri beberapa anggota. Yang ternyata juga dihubungi pak Nurudin di waktu pagi itu. Pembicaraan tentang MM kembali menghangat, ibarat menghangatkan teflon di kompor. Kali ini disepakati, anggota MM butuh reunian.
Hingga hari itu tiba, Sabtu 4 Juli 2020. Tepatnya pukul 19.00 WIB, atau 20.00 Wita. Berlangsung secara virtual, sekitar 15 anggota hadir dalam reuni tersebut. Co-Founder MM dalam formasi lengkap. Pun beberapa anggota MM yang sempat menjadi pengurus maupun tidak. Semua bercengkrama dan larut dalam pembahasan selama 2,5 jam.
Hari itu didapatkan keputusan: MM akan tetap hidup. Melanjutkan perumpamaan teflon yang dihangatkan, kali ini “bahan masakannya” sedang disiapkan. Pengurus baru telah dibentuk. Merekalah “koki” yang akan meramu “bahan masakan” tersebut. Co-founder dan anggota lainnya menjadi support system. Yang akan mengawal MM menjadi media yang “matang”.
Media Mahasiswa kali ini, tetap media milik mahasiswa. Meskipun pengurusnya sudah tak menyandang status mahasiswa. Namun dengan segudang pengalaman dan keilmuan di dunia kerja, saya yakin MM kali ini akan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Saya pun kini punya makna baru untuk tanggal 4 Juli ini: Hari Kebangkitan Media Mahasiswa. (***)
(*): Co-founder Media Mahasiswa, saat ini menjabat sebagai Redaktur Bontangpost.id dan menulis beberapa buku.