Ketika Teori Bertemu Festival: ‘Atmospheral’ UMM Sulap Praktikum Akhir Jadi Spektakel Budaya

waktu baca 3 menit
Rabu, 6 Agu 2025 04:08 0 5 Redaksi MediaMahasiswa

MALANG, MediaMahasiswa.com – Saat semester genap tahun ajaran 2024/2025 berakhir, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mendefinisikan ulang konsep ujian akhir. Melampaui penilaian tradisional, prodi ini menggelar “Atmospheral 3.0”, sebuah festival budaya dinamis yang berfungsi sebagai praktikum untuk mata kuliah Kajian Kawasan dalam Hubungan Internasional. Acara yang diadakan di Aula BAU UMM, pada Sabtu (5/7) ini merupakan perpaduan yang disengaja antara evaluasi akademik dan hiburan yang menyegarkan bagi mahasiswa.

Proyek ambisius ini merupakan hasil kolaborasi antara Prodi HI dan Laboratorium HI UMM dan support dari para para dosen pengajar Kajian Kawasan dalam HI yaitu Shannaz Mutiara Deniar, MA, Hamdan Nafiatur Rosyida, M.Si dan Devita Prinanda, M.Hub., Int. Dengan tema “Cultural Voyage: Diving into Diversity”, para mahasiswa ditugaskan untuk merepresentasikan budaya dari sembilan kelompok yang berbeda: Afrika, Timur Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Latin, Eropa, Korean Dynasty, dan Korea Modern. Format imersif ini menuntut keterlibatan mendalam, mengubah pengetahuan teoretis menjadi pengalaman nyata yang dapat dirasakan.

Efektivitas pendekatan pedagogis ini tergambar jelas dari testimoni salah seorang mahasiswa peserta, Faiz Putra Aryaji dari kelompok Asia Timur. “Selama ini kami belajar banyak teori tentang diplomasi budaya dan Studi Kawasan di kelas. Atmospheral ini adalah panggung praktiknya. Kami tidak hanya menampilkan kostum, tapi kami benar-benar ditantang untuk merepresentasikan identitas sebuah kawasan secara akurat. Pengalaman ini jauh lebih mendalam dan aplikatif daripada sekadar ujian tulis biasa,” ungkapnya.

Bagi Indriani Sarbela Yahya, mahasiswa dari kelompok Afrika, acara ini adalah momen di mana ilmunya diuji secara nyata. Ia menuturkan, Atmospheral menjadi panggung praktik yang sesungguhnya bagi semua teori diplomasi budaya dan Studi Kawasan yang telah ia pelajari di kelas. Menurutnya, tantangan terbesar bukanlah sekadar menampilkan kostum, melainkan bagaimana merepresentasikan identitas sebuah kawasan secara akurat dan mendalam. Proses tersebut ia anggap sebagai sebuah pengalaman belajar yang jauh lebih aplikatif dan berkesan daripada sekadar ujian tulis biasa.

Dukungan serupa datang Wakil Rektor I UMM, Prof. Akhsanul In’am, Ph.D., yang membuka acara dan ikut serta melihat acara ini sebagai pemantik inspirasi. “Semoga menginspirasi, bisa tur ke beberapa negara dan melanjutkan studi serta menghayati yang ada di masing-masing negara,” tuturnya, menyoroti potensi acara ini untuk membuka wawasan dan cita-cita global para mahasiswa. Sebagai bentuk apresiasinya beliu juga mengungkapkan kegembiraannya. “Senang rasanya ada pameran budaya dari Prodi HI UMM. Dapat menjadi media untuk mengenal lebih dalam budaya yang terdapat di setiap negara. Semoga menginspirasi, bisa tur ke beberapa negara dan melanjutkan studi serta menghayati yang ada di masing-masing negara,” tuturnya.

Sementara itu, Hafid Adim Pradana, selaku Kepala Laboratorium HI UMM, menekankan pentingnya keberlanjutan acara ini sebagai sebuah legasi. “Praktikum ini merupakan tradisi turun temurun dari beberapa tahun. Berharap dapat diteruskan di tahun berikut-berikutnya untuk mewariskan tradisi dari prodi HI,” ujarnya.

Praktikum ini mencapai puncaknya dengan penganugerahan bagi penampilan paling mengesankan: kelompok Asia Timur memenangkan best performance, Asia Selatan meraih best presentation, Afrika dianugerahi best tenant, dan Asia Tenggara berjaya dalam best fashion show. Pada akhirnya, Atmospheral 3.0 terbukti lebih dari sekadar acara yang meriah; ini adalah model pembelajaran berbasis pengalaman yang sukses, membuktikan bahwa ketajaman akademis dan perayaan kreatif dapat berjalan beriringan. Atmospheral 3.0 sekali lagi membuktikan dirinya sebagai model pembelajaran berbasis pengalaman yang sukses, di mana ketajaman akademis dan perayaan kreatif dapat berjalan beriringan dengan harmonis. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *