PASURUAN, Berifakta.com – Desa Kayukebek, Pasuruan, menjadi saksi sejarah akademis yang langka berkat dedikasi tujuh mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (HI UMM). Melalui inovasi praktis berbasis pemberdayaan masyarakat yang dipamerkan dalam “Kayukebek Ecotech Expo” (02/06), Ahmad Feryan Perwira Yudha (Ketua Tim), Sabrina Rafika Asyiwi, Dinda Dwi Nurhidayah, Nikkita Angelina Wijaya, Muhammad Adhitya Gus Ismoyo, Hans Yenandha, dan Alvinda Wijaya, tidak hanya memberikan solusi nyata bagi persoalan lingkungan desa, namun juga meraih penghargaan luar biasa: permintaan resmi dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan agar mereka diluluskan tanpa skripsi. Pengakuan istimewa ini disampaikan langsung oleh Asisten 2 Pemkab Pasuruan (yang mewakili Bupati) dan diperkuat oleh Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, H. Samsul Hidayat, S.Ag., M.Pd.I., dalam sambutannya di hadapan publik, sebagai bentuk apresiasi tertinggi atas kontribusi konkret dan pemikiran cemerlang tim dalam memajukan Pasuruan.
Inovasi yang digagas tim mahasiswa ini lahir dari observasi mendalam dan interaksi langsung selama program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) di Kayukebek. Dinda Dwi Nurhidayah dan timnya tergerak menyaksikan banyaknya buah apel dan sayuran yang terbuang percuma, membusuk, dan mencemari lingkungan. Dari keprihatinan inilah tercipta Eco-Enzyme, cairan serbaguna ramah lingkungan berbahan baku sampah organik buah dan sayuran. Sabrina Rafika Asyiwi bersama rekannya mengidentifikasi masalah serius pembuangan minyak jelantah, limbah B3 yang sering dibuang ke selokan atau lahan pertanian warga, merusak kesuburan tanah.
Mereka pun merancang solusi kreatif: Lilin Aromaterapi dari Minyak Jelantah, mengubah limbah berbahaya menjadi produk bernilai ekonomi dan estetika. Sementara itu, Muhammad Adhitya Gus Ismoyo dan kawan-kawan menyoroti kebiasaan warga membakar sampah daun (organik) untuk membersihkan lingkungan atau sekadar menghangatkan diri di malam hari, yang menimbulkan polusi asap. Jawabannya adalah Tong Sampah Tanpa Asap (Smokeless Burn Barrels), teknologi sederhana yang meminimalkan dampak negatif pembakaran.
Ketiga inovasi utama—Eco-Enzyme, Lilin Aromaterapi Jelantah, dan Tong Sampah Tanpa Asap—dipamerkan secara interaktif di Balai Desa Kayukebek. Dibantu warga yang telah mereka latih, ketujuh mahasiswa tersebut dengan penuh semangat mendemonstrasikan proses pembuatan dan manfaat setiap produk kepada rombongan pejabat tinggi Kabupaten Pasuruan yang berkunjung. Nikkita Angelina Wijaya dan Hans Yenandha dengan cermat menjelaskan cara kerja Eco-Enzyme untuk kebutuhan rumah tangga, sementara Alvinda Wijaya memandu demo pembuatan lilin aromaterapi yang wangi. Ahmad Feryan Perwira Yudha, selaku ketua tim, secara komprehensif memaparkan latar belakang masalah, proses inovasi, dan potensi ekonomi dari ketiga produk tersebut dalam sambutan resminya. Demonstrasi dan presentasi yang apik ini sukses memukau para pejabat. Kekaguman ini mencapai puncaknya saat Asisten 2 Pemkab Pasuruan, mewakili Bupati, dan Ketua DPRD H. Samsul Hidayat, secara terbuka dan resmi meminta kepada perwakilan UMM, Kabiro Riset, Pengabdian dan Kerjasama, agar ketujuh mahasiswa inovator ini diluluskan tanpa menyusun skripsi. Permintaan bersejarah ini didasarkan pada keyakinan bahwa kontribusi nyata, pemikiran kritis, dan kemampuan berinovasi mereka dalam menyelesaikan masalah riil masyarakat serta memajukan Kabupaten Pasuruan telah setara, bahkan melampaui, nilai sebuah skripsi.
Ruli Inayah Ramadhoan, selaku dosen pembimbing praktikum dari Laboratorium Hubungan Internasional, menegaskan bahwa baik secara pribadi dan kelembagaan akan terus mendukung program-program berwawasan lingkungan yang berkelanjutan di Desa Kayukebek. “Sebagai seorang konservator lingkungan, saya rasa sangat perlu program ataupun inovasi berkelanjutan dari mahasiswa untuk diapresiasi. Apresiasi yang akan kami berikan bukan hanya pujian, namun juga akan menjadikan keberhasilan ini sebagai tonggak awal sinergi antara UMM dan Desa Kayukebek dalam mempercepat terwujudnya Desa Wisata Kayukebek 2026,” urainya.
Kabiro Riset, Pengabdian dan Kerjasama UMM menyambut baik permintaan khusus ini dan menyatakan kesediaan untuk memprosesnya. Sebagai bentuk penghargaan langsung di tempat, Ketua DPRD Pasuruan kemudian menyerahkan Piagam Penghargaan resmi dari DPRD Kabupaten Pasuruan kepada Ahmad Feryan Perwira Yudha, Sabrina Rafika Asyiwi, Dinda Dwi Nurhidayah, Nikkita Angelina Wijaya, Muhammad Adhitya Gus Ismoyo, Hans Yenandha, dan Alvinda Wijaya, sebagai simbol apresiasi atas dedikasi dan karya nyata mereka. Piagam penghargaan atas nama Bupati dijanjikan akan menyusul. Muhammad Adhitya Gus Ismoyo menegaskan bahwa inovasi timnya sengaja dirancang sederhana, terjangkau, dan memanfaatkan sumber daya lokal, agar warga Kayukebek benar-benar dapat mandiri.
Pengakuan fenomenal dari pemerintah daerah ini bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi ketujuh mahasiswa, melainkan juga bukti nyata bahwa pengabdian, observasi mendalam, dan inovasi berbasis solusi yang dilakukan mahasiswa di tengah masyarakat dapat menghasilkan dampak luar biasa yang dihargai setinggi-tingginya, bahkan membuka jalan bagi pencapaian akademis yang istimewa. Kiprah mereka di Kayukebek telah menjadi teladan bagaimana ilmu pengetahuan, terutama Hubungan Internasional, dapat diterjemahkan menjadi aksi transformatif yang mengubah desa dan menginspirasi kebijakan. (*)
Tidak ada komentar