Korean Dynasty vs Modern Korea: Dua Wajah Budaya Korea di Atmospheral 3.0 Prodi HI UMM

waktu baca 2 menit
Rabu, 17 Sep 2025 12:50 0 1 Redaksi MediaMahasiswa

MALANG, MediaMahasiswa.com – Dinamika Kawasan Korea, bukan hanya soal geopolitik Semenanjung, melainkan juga transformasi budayanya yang mengglobal, menjadi sorotan utama dalam praktikum Atmospheral 3.0 yang digelar Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Perbedaan kontras perkembangan budaya itu dihadirkan secara nyata oleh dua kelompok peserta: Korean Dynasty (mewakili tradisi dan sejarah) dan Modern Korea (mewakili gelombang K-Pop dan teknologi mutakhir).

Praktikum tahunan yang berkolaborasi dengan the Seed Program for Korean Studies of the Ministry of Education of the Republic of Korea and the Korean Studies Promotion Service at the Academy of Korean Studies (AKS-2023-INC-2230009) dan juga dukungan University of Auckland’s Strategic Research Institute (SRI) for Korean Studies. “Atmospheral 3.0 sengaja memfokuskan pada Korea karena kompleksitas dan pengaruh globalnya. Kami ingin mahasiswa tak hanya paham perpecahan politik, namun juga menyelami dialektika unik antara akar tradisional yang kokoh dan gelombang budaya populer modern yang mendunia,” jelas Prof. Gonda Yumitro, Ph.D., Ketua Prodi HI UMM, mengenai filosofi pemilihan tema.

Melalui simulasi, presentasi mendalam, dan pameran budaya, kedua kelompok menggali dan mempresentasikan dua kutub kebudayaan Korea. “Kelompok Korean Dynasty menyajikan kekayaan Dinasti Joseon, filosofi Confucianism, dan seni tradisional seperti Hanbok serta Pansori dengan sangat apik. Sementara Modern Korea menghadirkan analisis mendalam tentang fenomena Hallyu (Korean Wave), dampak K-Pop di diplomasi budaya, serta lompatan teknologi raksasa seperti Samsung dan Hyundai,” papar Zuhair Baheramsyah, mahasiswa HI UMM yang menjadi perwakilan kelompok Modern Korea.

Kolaborasi internasional dengan SRI University of Auckland dan dukungan Kementerian Pendidikan Korea menjadi nilai tambah signifikan. “Kerja sama dengan SRI Auckland memberi akses pada sumber daya dan perspektif penelitian terkini tentang Korea. Dukungan dari Kementerian Pendidikan Korea juga memperkaya materi dan kredibilitas acara, menunjukkan pengakuan terhadap upaya kami mempromosikan pemahaman mendalam tentang Korea di Indonesia,” ungkap Shannaz Mutiara Deniar, M.A., salah satu dosen pengajar kelas Kajian Kawasan.

Dimas Nugraha Andriyanto, perwakilan kelompok Korean Dynasty menuturkan bahwa kegiatan ini tidak hanya bersifat akademis, melainkan juga melatih soft skill mahasiswa. “Praktikum Atmospheral ini seperti mini konferensi internasional sekaligus pameran kebudayaan. Kami dilatih riset mendalam, negosiasi alokasi sumber daya antar kelompok, public speaking, hingga manajemen konflik dalam tim. Ini pengalaman langsung yang sangat berharga untuk bekal karir di dunia global,” ungkap Dimas. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *