PASURUAN, MediaMahsiswa.com – Desa Kayukebek di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, menyaksikan sebuah babak baru yang menjanjikan menuju masa depan sebagai destinasi wisata berkelanjutan berkat sinergi strategis yang terjalin erat antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, tokoh agama, dan masyarakat. Gelaran “Kayukebek Ecotech Expo Innovation for a Sustainable Future” yang diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (HI UMM) pada Minggu (02/06) lalu, menjadi lebih dari sekadar pameran inovasi lingkungan. Acara yang diprakarsai oleh tim mahasiswa HI UMM yang terdiri dari Ahmad Feryan Perwira Yudha, Sabrina Rafika Asyiwi, Dinda Dwi Nurhidayah, Nikkita Angelina Wijaya, Muhammad Adhitya Gus Ismoyo, Hans Yenandha, dan Alvinda Wijaya tersebut bertransformasi menjadi titik tolak resmi bagi pengembangan Desa Kayukebek sebagai Desa Wisata pada tahun 2026.
Momentum ini diawali dengan sambutan yang sarat makna dan tradisi, di mana rombongan pejabat tinggi Kabupaten Pasuruan, dipimpin Ketua DPRD H. Samsul Hidayat, S.Ag., M.Pd.I., didampingi Asisten 2 Pemkab Pasuruan (mewakili Bupati), serta Kabiro Riset, Pengabdian, dan Kerjasama UMM. Para stakeholder terkait diterima secara adat oleh Tokoh Agama Hindu setempat, Pemangku Adat Agung Hudoyo. Penyematan udeng, simbol tradisi penyambutan tamu, menjadi pembuka yang penuh hormat sebelum para pemangku kepentingan ini melangkah ke dalam diskusi strategis.
Hasil diskusi intensif antara pejabat pemerintah, perwakilan UMM, dan tokoh agama Hindu Desa Kayukebek tersebut menghasilkan komitmen dan arah yang jelas. Pemangku Adat Agung Hudoyo secara resmi menyatakan apresiasi dan dukungan penuh terhadap rencana menjadikan Kayukebek sebagai Desa Wisata pada 2026, dengan menegaskan Pura Widya Karana sebagai destinasi wisata religi unggulan yang akan menjadi salah satu magnet utama.
Dukungan spiritual dan budaya ini dijawab dengan komitmen nyata dari pemerintah daerah. Ketua DPRD Pasuruan dan Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Pasuruan menyatakan kesediaan memberikan bantuan dana untuk perbaikan Pura Widya Karana, mengakui pentingnya pelestarian situs keagamaan tersebut.
Untuk memastikan rencana besar ini terwujud secara komprehensif, Ketua DPRD Pasuruan secara khusus mengajak Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk berperan aktif mendampingi proses kajian dan pengembangan Desa Kayukebek menuju desa wisata. Ajakan ini sekaligus menjadi dasar permintaan untuk segera menjalin kerjasama formal melalui Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Kabupaten Pasuruan dan UMM, menegaskan sinergi jangka panjang.
Eco-Tech Expo yang digelar di Balai Desa Kayukebek kemudian menjadi panggung konkret dari sinergi yang sedang dibangun. Berbagai stand yang dipamerkan oleh mahasiswa HI UMM dan mitra warga—mulai dari Tong Sampah Tanpa Asap (Smokeless Burn Barrels) yang mengubah cara pengelolaan sampah, Lilin Aromaterapi dari Minyak Jelantah yang memberi nilai tambah pada limbah B3, Eco-Enzyme hasil olahan sampah buah dan sayuran, hingga potensi hasil bumi dan olahan lokal (seperti Sari Apel Fiya). Praktik ini tidak hanya menunjukkan solusi lingkungan praktis, melainkan juga secara khusus dirancang untuk mendukung pengembangan ekonomi dan daya tarik Desa Wisata Kayukebek 2026.
Demonstrasi langsung oleh mahasiswa dan warga yang telah dilatih memperlihatkan keterlibatan aktif masyarakat dalam mewujudkan visi ini. Dalam sambutannya di acara seremonial, Ketua DPRD H. Samsul Hidayat dan Asisten 2 Pemkab Pasuruan tidak hanya mengapresiasi tinggi inovasi mahasiswa, namun juga menegaskan kembali komitmen Pemkab untuk menjadikan Kayukebek sebagai percontohan. Tanggapan dari UMM melalui Kabiro Riset, Pengabdian, dan Kerjasama pun sangat positif dan operasional. Kabiro UMM secara resmi menyatakan kesediaan dan persetujuan penuh untuk menjalin kerjasama MoU dengan Pemkab Pasuruan. Komitmen ini akan diwujudkan dengan menjadikan Desa Kayukebek sebagai lokus utama kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) UMM ke depannya.
Ruli Inayah Ramadhoan, dosen pembimbing praktikum ini menegaskan bahwa akan menggaet Laboratorium Hubungan Internasional UMM dan tim dosen untuk secara konsisten terlibat dalam mendukung program-program berwawasan lingkungan yang berkelanjutan di Desa Kayukebek. “Kami akan melibatkan secara langsung dosen-dosen dari berbagai program studi untuk membantu kajian dan penelitian guna mempercepat terwujudnya Desa Wisata Kayukebek 2026,” terangnya.
Dengan demikian, Eco-Tech Expo oleh mahasiswa HI UMM telah melampaui tujuan awalnya. Ia menjadi katalisator yang mempertemukan dan mengikat komitmen semua pihak: dukungan spiritual dan budaya dari tokoh agama, komitmen pendanaan dan kebijakan dari pemerintah daerah, pendampingan akademik dan sumber daya manusia dari universitas, serta partisipasi aktif dan inovasi dari masyarakat desa. Sinergi segitiga emas (Pemerintah, Akademisi, Masyarakat) yang diperkuat oleh pilar budaya dan agama ini membentuk pondasi yang sangat kokoh bagi perjalanan Desa Kayukebek menuju status Desa Wisata Berkelanjutan pada 2026.
Langkah strategis yang diinisiasi dalam acara ini, mulai dari perbaikan destinasi religi, pendanaan tradisi, pendampingan akademis, hingga pemanfaatan inovasi lokal untuk daya tarik wisata, menjadikan visi Kayukebek 2026 bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah agenda kolektif yang sedang diwujudkan bersama. Kolaborasi model ini menawarkan blueprint berharga bagi pembangunan desa wisata berkelanjutan di wilayah lain. (*)
Tidak ada komentar