MALANG, MediaMahasiswa.com – Merespon kehadiran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di ranah akademis, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan kelas khusus bertajuk “2nd Graduate Workshop on Mixed Methods Using Artificial Intelligence and Application“. Kelas ini merupakan bagian dari inisiatif kerja sama antara Program Studi HI UMM dengan University of Auckland’s Strategic Research Institute (SRI) for Korean Studies yang didukung oleh Kementerian Pendidikan Republik Korea.
“Kehadiran AI telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam ranah akademis keilmuan sosial dan humaniora. AI tidak hanya mempengaruhi aspek keamanan dan pertahanan, namun juga diplomasi, perdagangan internasional, dan interaksi global,” ujar Ahmad Fauzi, M.Pd.
Fauzi, kerap ia disapa, juga menjelaskan bahwa AI dapat digunakan untuk menganalisis data dalam jumlah besar yang diperlukan dalam pembuatan kebijakan luar negeri. “Dengan kemampuan analisis data yang canggih, AI dapat membantu para pembuat kebijakan untuk membuat keputusan yang lebih akurat dan cepat. Misalnya, AI dapat digunakan untuk memprediksi konflik, menganalisis sentimen publik di media sosial, dan memonitor perkembangan situasi global secara real-time,” tambahnya.
Selain itu, AI juga memiliki peran penting dalam diplomasi. “AI dapat digunakan untuk menerjemahkan bahasa secara real-time, memfasilitasi komunikasi antarnegara yang memiliki perbedaan bahasa. Selain itu, AI juga dapat membantu dalam negosiasi internasional dengan menganalisis pola dan strategi negosiasi yang efektif,” papar Fauzi.
Namun, kehadiran AI juga membawa tantangan baru. “Salah satu tantangan utama adalah isu keamanan siber. AI dapat digunakan untuk serangan siber yang lebih canggih dan sulit dideteksi. Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang etika dan privasi data, terutama dalam konteks pengumpulan dan penggunaan data oleh negara-negara,” ujarnya.
Kelas ini juga membahas implikasi AI dalam perdagangan internasional. “AI dapat meningkatkan efisiensi dalam rantai pasokan global, memprediksi permintaan pasar, dan mengoptimalkan logistik. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa AI dapat menyebabkan disrupsi di pasar tenaga kerja, di mana banyak pekerjaan yang dapat diotomatisasi,” kata Fauzi.
Dalam lanskap keamanan internasional, AI memiliki potensi untuk digunakan dalam sistem senjata otonom. “Sistem senjata otonom yang dikendalikan oleh AI dapat mengubah lanskap peperangan. Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan etis dan legal tentang tanggung jawab dan kontrol atas penggunaan senjata semacam itu,” tambahnya.
Kelas ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada mahasiswa HI UMM tentang dampak AI dalam ilmu Hubungan Internasional. “Mahasiswa perlu memahami bahwa AI bukan hanya teknologi, namun juga faktor yang mempengaruhi dinamika hubungan internasional. Dengan pemahaman ini, mereka dapat lebih siap menghadapi tantangan dan peluang yang dibawa oleh AI di masa depan,” tutup Fauzi. (*)